Berdasarkan atas
gambar diatas maka hubungan antara kreativitas dengan kewirausahaan dibedakan
atas 4 kategori :
1.
Kategori 1
Perusahaan dengan
kreativitas tinggi tetapi sedikit dalam penggunaan konsep kewirausahaan seperti
Manajemen artis yang harus menampilkan artis berbeda dengan sebelumnya dalam
beberapa hal seperti penampilan tetapi hanya bergerak dalam bidang hiburan
dimana artis tersebut terlibat.
2.
Kategori 2
Perusahaan dengan kreativitas rendah tetapi memakai banyak konsep
kewirausahaan yaitu perusahaan
franchising fast food seperti McDonald’s dimana kreativitas rendah karena
perusahaan ini harus mengikuti peraturan dari pemberi franchising (franchisor)
sedangkan berdasarkan kewirausahaan konsep franchising merupakan konsep usaha
yang baik
3.
Kategori 3
Perusahaan dengan
kreativitas tinggi dan tinggi dalam penggunaan konsep kewirausahaan seperti
Perusahaan Film dimana memerlukan kreativitas tinggi dalam menciptakan
film-film bermutu dan diterima masyarakat.
Mereka mengembangkan berbagai jenis film dengan berbagai lapisan
penonton atau melakukan diversifikasi produk sesuai konsep kewirausahaan.
4.
Kategori 4
Perusahaan yang
tidak menggunakan kreativitas dan kewirausahaan dalam melaksanakan kegiatannya
seperti pada birokrasi pemerintah (bersifat birokrasi penuh) yang hanya
menjalankan kegiatannya berdasarkan masa lalu saja.
2.1
Manajemen Kreativitas
Kreativitas
merupakan nilai penting dalam kompetisi dalam segala bidang. Untuk itu
kreativitas harus dipelihara dan dikembangkan dengan mengaturnya melalui
manajemen kreativitas yang baik. Kreativitas dapat dibentuk atau dikembangkan
dengan beberapa cara seperti berikut ini :
1.
Menciptakan keterbukaan dengan struktur organisasi
desentralisasi.
2.
Mendukung iklim terciptanya eksperimen-eksperimen
kreativitas.
3.
Mendorong sikap eksperimental.
4.
Mengedarkan cerita-cerita sukses.
5.
Menekankan peran dari seorang pemenang.
6.
Menitikberatkan komunikasi pada semua level
manajemen.
7.
Ketersediaan sumber daya untuk inisiatif baru.
8.
Memastikan
bahwa ide-ide baru tidak mudah dimusnahkan.
9.
Mengurangi birokrasi dari proses alokasi sumber daya.
10. Menyediakan
penghargaan financial dan non financial bagi suatu kesuksesan yang didapat.
11. Memastikan budaya
organisasi yang mendukung pengambilan resiko dan ketidakraguan.
12. Meminimalisasikan
campur tangan administrasi.
13. Memberikan
kebebasan dari pengawasan dan pengevaluasian.
14. Menghilangkan
deadline.
15. Mendelegasikan
tanggungjawab untuk aktivitas baru.
BAB III
PENGEMBANGAN IDE
USAHA
I.
SUMBER PENEMUAN IDE-IDE BARU
Sumber ide biasanya berkaitan dengan hal-hal atau
kegiatan yang menyangkut organisasi atau lembaga yang ada hubungannya dengan
bisnis, seperti :
1.1 Konsumen
Dengan
memperhatikan potensial konsumen terutama needs
dan wants mereka maka dapat menimbulkan ide-ide usaha
baik untuk produk baru ataupun perbaikan dari produk yang sudah ada.
Seperti need konsumen peminum kopi yang tinggi
akan macam cita rasa kopi serta want mereka
akan tempat minum kopi yang memungkinkan mereka menikmati kopi dengan santai
dan beramai-ramai dengan kolega mendorong tumbuhnya warung kopi di mal-mal atau
perkantoran baik dari luar negeri (Coffe Bean dan Starbucks) serta dari dalam
negeri (Kopi Luwak, Nescafe dll).
1.2 Perusahaan yang
sudah ada
Terkadang dari
produk yang sudah ada dipasar belum memenuhi tingkat kebutuhan konsumen
sehingga diperlukan perbaikan produk ataupun pengembangan produk tersebut.
Selain itu
penanganan perusahaan terhadap produk yang tidak baik juga dapat mendorong
terciptanya ide untuk cara menangani produk yang dapat menciptakan produk lebih
sesuai dengan konsumen. Contohnya adalah pada industri mobil tahun 1990 an
dimana Toyota Kijang dari Toyota menguasai pasar mobil niaga khususnya yang
memiliki bonnet (hidung) karena tidak mempunyai pesaing. Hal ini mendorong
pabrik lain seperti Isuzu mengeluarkan Isuzu Panther dan Mitsubishi yang mengeluarkan Mitsubishi Kuda.
1.3 Saluran Distribusi
Pendistribusian
yang tidak merata atau tidak sesuai dengan kebutuhan konsumen dapat menimbulkan
ide-ide usaha untuk menyempurnakan produk ataupun menciptakan produk baru.
Contohnya adalah
Pendistribusian Pendapatan Negara yang tidak berimbang ke daerah menimbulkan
timbulnya sistem pemerintahan otonomi daerah yang dirasakan daerah lebih adil.
1.4 Pemerintah
Ada dua cara
sumber pengembangan ide dari pemerintah yaitu pertama, melalui dokumen hak-hak
paten yang memungkinkan pengembangan sejumlah produk baru. Kedua, melalui
pengaturan pemerintah kepada dunia bisnis yang bisa memungkinkan munculnya
gagasan produk baru. Misalnya adalah peraturan pemerintah mengenai kebersihan
udara melalui pengurangan emisi gas buang kendaraan memungkinkan munculnya usaha-usaha produk
pengurang emisi seperti bahan bakar tanpa timbal dan produk catalitic converter (penyaring gas
buang) kendaraan.
1.5 Penelitian dan
Pengembangan
Melalui penelitian
dan pengembangan memungkinkan timbulnya gagasan produk baru atau perbaikan dari
produk yang sudah ada.
Contohnya adalah
penelitian terhadap penyakit flu menghasilkan jenis obat flu yang tidak membawa
efek mengantuk.
Walaupun
terdapat banyak pendekatan untuk mencari sumber ide bagi produk atau jasa,
proses ini dapat dipercepat dengan penggunaan saran-saran berikut :
a. Kebutuhan akan
Sumber Penemuan.
Penemuan yang
berasal dari persepsi kebutuhan yang jelas ingin dipenuhi dan banyak produk
atau jasa yang telah dikembangkan dari persepsi tersebut seperti kebutuhan
irigasi di daerah langka air, mahal, dan agak bergaram memungkinkan seorang wirausaha memproduksi peralatan
penetes air sesuai metode irigasi yang
sesuai.
b. Hobi atau
Kesenangan Pribadi.
Hobi atau minat
pribadi adakalanya bisa mendorong bisnis baru. Contohnya adalah orang yang
memiliki hobi mobil dan kebersihan tubuh akan membuat usaha bengkel dengan
salon sehingga pemilik mobil dapat mengurus tubuhnya sementara mobilnya
dibengkel.
c. Mengamati
Kecenderungan-kecenderungan.
Kecenderungan dan
kebiasaan dalam mode merupakan sumber gagasan untuk melakukan usaha. Peluang yang terlihat oleh pengamat dan
mendorong wirausaha mengerjakan sesuatu yang baru pada saat yang tepat. Contohnya adalah saat mode pakaian bermerek
tumbuh maka marak bisnis factory outlet di kota Bandung dan Jakarta
d. Mengamati Kekurangan-kekurangan
produk dan jasa yang ada.
Kekurangan pada
produk dilakukan dengan memperbaiki kinerja
atau menambah keunggulan yang diperlukan. Contohnya
e. Mengapa Tidak
Terdapat ?
Peluang timbulnya
usaha baru adakala datang dari pertanyaan “Mengapa tidak terdapat….?”. Seperti
contoh tidak adanya cairan penghapus tinta merupakan peluang mendirikan usaha
baru yang disebabkan tidak adanya alat untuk menghapus tinta.
f. Kegunaan lain dari
Barang-barang Biasa.
Banyak produk
komersil berasal dari penerapan barang-barang biasa untuk kegunaan lain yang
bukan kegunaan yang dimaksudkan dari barang itu. Barang tersebut dari perubahan karakter dan
kegunaan dari barang akhir hingga pengembangan penerapan baru barang yang tidak
terpakai. Seperti Kit Wash dan Wax yang merupakan penambahan wax (cairan
pengkilat) pada shampo mobil yang ada sehingga kita tidak perlu membeli wax.
g. Pemanfaatan Produk
dari Perusahaan lain.
Produk atau
perusahaan baru dapat terbentuk sebagai perusahaan yang memanfaatkan produk
dari perusahaan yang ada. Misalnya seorang pegawai pada perusahaan yang
memproduksi cairan pembersih mobil berusaha mendapatkan tambahan penghasilan
dengan membuat salon mobil panggilan pada malam hari atau hari libur dan
konsumennya puas dan menjadi pelanggan tetap hingga penghasilannya melebihi
penghasilan di kantor. Hal itu membuatnya memutuskan mendirikan salon mobil
tetap.
Menurut penelitian
di Amerika yang dilakukan oleh NFIB Foundation (1990), sumber ide untuk bisnis
baru adalah sebagai berikut :
-
Dari pekerjaan terdahulu (43%)
-
Hobi / Minat pribadi (18%)
-
Adanya kesempatan / peluang (10%)
-
Saran orang lain (8%)
-
Pendidikan / Kursus (6%)
-
Teman / Saudara (6%)
-
Bisnis keluarga (6%)
-
Lain-lain (3%)
II.
PENYARINGAN IDE
Dari
sekian banyak ide yang didapat, kemudian dipilih ide produk apa yang paling
baik untuk bisnis yang kita lakukan. Ada berbagai cara untuk melakukan
pemilihan ide produk, dimana salah satu cara adalah dengan melakukan proses
tahapan sebagai berikut dibawah ini :
a.
Macro Screening
Dari ratusan ide yang mungkin
didapat, pilihlah sekitar 20 ide yang mempunyai potensi bisnis. Disini kriteria
yang digunakan untuk memilih masih umum sekali, yaitu yang mempunyai potensi
bisnis.
b.
Micro Screening
Dari 20 ide produk yang ada, kemudian
dipilih lagi menjadi 5 ide dengan menggunakan kriteria tertentu.
Sebagai contoh kriteria dapat
menggunakan beberapa faktor, misalnya :
1. Tersedianya pasar
lokal
2. Tersedianya tenaga
kerja lokal
3. Tersedianya bahan
baku
4. Tersedianya
teknologi
5. Mendapat prioritas
dari pemerintah
6. Peluang di masa
yang akan datang
7. Dan sebagainya.
Dengan adanya pemilihan bertahap
tersebut, diharapkan kita dapat mempunyai alternatif beberapa ide produk yang
akan dikembangkan lebih lanjut
Ide / Gagasan Yang Tepat
Suatu bisnis yang baik harus
mempertimbangkan pelaku dan situasi atau lingkungan yang sesuai untuk bisnis
tersebut. Oleh karena itu ide produk yang baik harus memperhitungkan kemampuan
calon wirausaha dan situasi / lingkungan yang mempengaruhi bisnis tersebut.
Ide produk yang ada perlu dianalisis
lebih mendalam sehingga diketahui apa kekuatan dan kelemahannya dengan
memperhatikan situasi lingkungannya.
Dari Ide / Gagasan Menjadi Bisnis
Ide produk yang baik belum tentu
menjadi bisnis yang baik pula. Untuk itu sebelum ide produk direalisir harus
diuji dulu kelayakannya dilapangan yang merupakan situasi lingkungan bisnis
sebenarnya.
Aspek-aspek yang perlu diperhatikan
dalam menentukan keberhasilan suatu bisnis seperti: Pasar dan pemasaran,
teknik/operasi usaha yang dilakukan, organisasi dan manajemen, dan keuangan.
Dengan adanya
suatu rencana bisnis untuk suatu ide produk, akan memudahkan kita menilai
apakah ide produk tersebut layak atau tidak layak kalau direalisir menjadi
bisnis yang sebenarnya.
III.
PROSES PERENCANAAN DAN PENGEMBANGAN PRODUK
3.1 Kriteria Evaluasi
Kriteria dibuat
untuk mengevaluasi produk baru dalam peluang pasar, persaingan, sistem
pemasaran, faktor keuangan, dan faktor produksi.
3.2 Tahap Ide
3.3 Tahap Konsep
3.4 Tahap Pengembangan
Produk
3.5 Tahap Tes
Pemasaran
IV.
MANAJEMEN PROSES PRODUK BARU
4.1
Kiat Sukses Program Produk Baru
Menurut Cooper, R. ada 15 pelajaran untuk
suksesnya program produk baru yaitu:
1.
Produknya unik dan unggul.
Artinya,
produknya “berbeda”, memberi manfaat unik, dan berasio nilai tinggi untuk
konsumen.
2.
Sangat berorientasi pasar.
Dipengaruhi
oleh pengetahuan tentang keadaan pasar (market driven) dan proses pengembangan
produk baru berfokus pada konsumen.
3.
Berwawasan pasar internasional.
Dengan
melihat pada keadaan internasional maka disain produk, pengembangannya, dan
target pemasarannnya, akan menghadirkan inovasi produk yang terdepan.
4.
Lebih banyak melakukan persiapan sebelum produk
dikembangkan.
5.
Perumusan dengan tajam definisi / konsep produk pada
awal dari proses.
6.
Pelansiran produk yang dipersiapkan dengan matang dan
dilaksanakan dengan baik.
Rencana
pemasaran yang mapan untuk pelansiran produk adalah inti dari keberhasilan.
7.
Struktur, disain dan iklim organisasi yang tepat.
8.
Dukungan manajemen puncak tidak menjamin sukses,
walaupun bermanfaat.
9.
Adanya sinergi sangat penting, proyek yang “asing”
cenderung gagal.
10. Produk yang
ditujukan ke pasar yang menarik akan berjalan lebih baik.
Daya
tarik pasar adalah kriteria utama dalam seleksi produk.
11. Suksesnya produk
baru dapat diduga.
Profil produk yang
unggul dapat dipakai sebagai kriteria seleksi produk baru.
12. Suksesnya produk
baru dapat dikendalikan.
Perlu lebih
ditekankan adanya kebutuhan untuk kelengkapan, konsekuen, dan kualitas dalam
pelaksanaan.
13. Sumberdaya dan
sarana harus tersedia.
14. Kecepatan adalah
segala-galanya, namun harus tanpa mengorbankan kualitas dalam pelaksanaannya.
15. Perusahaan yang
menjalankan pengembangan produk baru secara bertahap dan menggunakan konsep
pengembangan produk dengan pedoman permainannya secara disiplin, akan lebih
berhasil.
4.2
Karakteristik Produk Baru yang Unggul dan Pengembangan
1. Produk yang unggul
dan unik.
- Mempunyai
bentuk/perlengkapan yang unik untuk konsumen
- Memenuhi kebutuhan
konsumen lebih baik dari pesaing.
- Memecahkan masalah
yang dialami bila konsumen menggunakan produk pesaing.
- Mengurangi biaya
bagi konsumen.
- Inovatif atau ada
pertama-kalinya.
2. Berwawasan
konsumen.
Dicapai dengan
sebagai berikut:
- Mengenali
kebutuhan konsumen.
- Mengerti apa yang
dibutuhkan pemakai.
- Memenuhi kebutuhan
pasar.
- Terus-menerus
berhubungan dengan konsumen.
- Kuat dalam
pengetahuan pasar dan penelitian pasar.
- Pelaksanaan dan
kegiatan pemasaran yang berkualitas.
- Pendanaan yang
lebih untuk kegiatan pemasaran awal.
3. Definisi atau
konsep produk/proyek yang tajam.
Ketajaman definisi
atau konsep meliputi sebagai berikut:
- Pasar sasaran
tertentu ; jelas siapa yang akan menggunakan produk tersebut.
0 komentar:
Posting Komentar